
Kerajaan Sumedang Larang memiliki sejarah yang panjang di Indonesia. Awalnya pernah jadi bagian dari suatu kerajaan, kemudian berkembang menjadi sebuah negara Islam mandiri hingga akhirnya dikalahkan oleh Mataram Islam.
---
bergabung dengan WhatsApp Channel, ikuti dan temukan kabar terkini kami disini
---
Online.com - Mungkin beberapa dari kita telah melupakan keberadaan sebuah kerajaan Islam yang mandiri di Tanah Sunda, yaitu Kerajaan Sumedang Larang. Tidak seperti Cirebon atau Banten, ini adalah entitas tersendiri dengan kedaulatan penuhnya.
Berdasarkan catatan historis, Kerajaan Sumedang Larang terbentuk di abad ke-8, saat itu pastinya masih memelihara ciri-ciri agama Hindu-Buddha. Mengingat usia yang sangat lanjut, negara ini mengalami perubahan nama beberapa kali.
Kerajaan Sumedang Larang melalui tiga tahap penguasaan, yaitu sebagai bagian dari Kerajaan Sunda-Galuh, kemudian berkembang menjadi negara Muslim mandiri, dan terakhir menjadi sebuah distrik di bawah kendali Kerajaan Mataram Islam.
Menurut laporan di Kompas.com, Kerajaan Sumedang Larangan merupakan hasil pemisahan diri dari Kerajaan Sunda Galuh dengan dasar budaya Hindu. Awal mulanya dikenal sebagai Tembong Agung dan dibentuk oleh Prabu Aji Putih pada zaman ke-8 sesuai arahan dari Prabu Suryadewata.
Saat itu ibu kota pemerintahan terletak di Citembong Karang, daerah yang sekarang merupakan bagian dari Kabupaten Sumedang. Kemudian setelah Prabu Tajimalela, anak laki-laki Prabu Aji Putih, mengambil alih kekuasaan, nama negara tersebut diganti menjadi Himbar Buana.
Raja Tajimalela pernah menyampaikan, " Insun medal, insun madangan "yang berarti 'Saya lahir, saya menyinari'. Sedangkan istilah Sumedang bermula dari perkataan 'صند insun madangan" yang perubahan penyampaiannya menjadi "صند sun madang" sampai akhirnya berubah menjadi Sumedang .
Setelah Prabu Tajimalela wafat, tahta diserahkan kepada putranya dengan gelar Prabu Gajah Agung. Sejak masa Kerajaan Tembong Agung sampai berubah nama menjadi Kerajaan Sumedang Larang, kedudukan mereka tetap sebagai bagian dari Kerajaan Sunda Galuh. Nanti keduanya akan menyatu dalam satu kesatuan bernama Kerajaan Pajajaran.
Saat mencapai separuh akhir abad ke-16, Islam datang dan perlahan mengubah nuansa tata kelola Kerajaan Sumedang Larang. Ratu Pucuk Umun, sang pemimpin saat itu, sudah menjadi seorang Muslim dan berkuasa bersama dengan suaminya, Pangeran Santri, yang juga dikenal sebagai Ki Gedeng Sumedang.
Saat Ratu Pucuk Umun baru-baru ini disokong oleh putranya yaitu Pangeran Angkawijaya, Kerajaan Pajajaran jatuh karena serangan dari Kesultanan Banten. Dari sana, Kerajaan Sumedang Larang mengklaim dirinya sebagai pewaris sah Kerajaan Pajajaran dengan kedaulatan lengkapnya.
Dibawah kepemimpinan Pangeran Angkawijaya dengan gelar Prabu Geusan Ulun, kerajaan Sumedang Larang mengalami masa keemasannya. Daerah pengendalian mereka menutupi hampir sebagian besar Jawa Barat, terkecuali daerah di bawah kendali Kesultanan Banten dan Cirebon.
Tahun 1601, Prabu Geusan Ulun lengser dari tahtanya dan digantikan oleh putranya, yaitu Prabu Suriadiwangsa, yang kemudian diingat sebagai raja terakhir Kerajaan Sumedang Larang. Pada tahun 1620, Kerajaan Sumedang Larang jatuh ke tangan Mataram Islam dan berstatus sebagai negara vassalnya.
Selanjutnya, kedudukan kerajaan berubah jadi kabupaten dan gelar raja menurun menjadi adipati (bupati). Ini terjadi dikarenakan Sumedang ditetapkan sebagai area pertahanan Mataram untuk melawan Banten serta Belanda.
Tidak ada komentar
Posting Komentar