
Tottenham Hotspur mengalami keruntuhan total pada musim 2024/2025. Mereka tidak hanya menjalani masa-masa sulit di Liga Primer Inggris (LPI), tetapi juga hubungan antara tim dan para penggemarnya sedang mencapai titik terendahnya. Kondisi ini muncul setelah performa klub dalam pertandingan melawan Chelsea yang berakhir dengan skor telak 0-1 pada minggu ke-30 (3 April 2025) yang dipimpin oleh manajer mereka, Ange Postecoglou.
Tokoh kelahiran Yunani dengan kewarganegaraan Australia itu melakukan tindakan yang menggugah emosi penonton. Meskipun dia memberikan klarifikasi setelah pertandingannya, situasi telah semakin rumit. Akibatnya, retaknya komunikasi antara kedua belah pihak juga jadi pembicaran umum. Maka dari itu, bagaimana sebenarnya urutan kejadian selengkapnya?
1. Ange Postecoglou menganggap ada salah paham
Pada saat dikalahkan Chelsea dengan skor 0-1 (per tanggal 3 April 2025), Tottenham Hotspur memang memiliki kesempatan untuk mencetak gol. Akan tetapi, tembakan luar biasa yang dilancarkan Pape Matar Sarr di menit ke-69 ditolak wasit. video assistant referee (VAR). Pemain gelandang dari Senegal tersebut dipastikan telah melanggar terlebih dahulu.
Sebelum veredict akhir dari VAR terumuskan, gol Sarr dimeriahkan oleh tim Tottenham dengan perayaan penuh emosi. Anehnya, Ange Postecoglou malah bereaksi secara tak biasa; ia meletakkan tangannya di telinganya dan berdiri menghadap ke arah tribun penonton tuan rumah, meski mereka sebenarnya adalah tim tamu di Stamford Bridge.
Tindakan yang dilakukan oleh Postecoglou diartikan sebagai respons terhadap kritik keras dari para penggemar Tottenham beberapa saat sebelumnya. Di menit ke-64, sang pelatih berumur 59 tahun ini mencabut Lucas Bergvall dari permainan dan mengganti posisinya dengan Sarr. Ketika Sarr masuk ke lapangan, suara nyanyian penonton Tottenham dapat didengar jelas. chant ' kamu tidak tahu apa yang kamu lakukan '.
Mereka menyalahkan Postecoglou atas pergantian Bergvall sebagai suatu kesalahan. Saat Sarr mencetak gol yang kemudian dibatalkan, tampak seperti Postecoglou sedang bersikap sombong dengan keputusan memainkan pemain berumur 22 tahun tersebut. Akan tetapi, dalam wawancara pasca-pertandingan di ruang konferensi pers, Postecoglou membantah adanya maksud demikian dan menjelaskannya melalui gerakan tangan-nya. ear-cup Dia menganggap bahwa tanggapan terhadap perbuatannya telah salah dimengerti.
"Cara penilaian terhadap suatu tindakan bisa sangat ekstrem. Kita baru saja mencetak gol. Saya cuma pengen denger sorak-sorai dari para pendukung karena kita telah mengalami masa-masa susah dan saya rasa ini merupakan gol yang hebat. Ini bukan kali pertama mereka meraut ketika ada pergantian pemain atau keputusan yang saya ambil. Tidak masalah bagi saya jika mereka melakukan hal tersebut. Tetapi, kita baru saja menyamakan skornya. Hanya itu harapan sederhana saya untuk dapat merasakan semangat dari para fans," ujar Postecoglou seperti dikutip. The Guardian .
2. Ange Postecoglou tak akan berhenti menantang para penggemar.
Momen menegangkan yang terjadi pada laga melawan Chelsea (3/4/2025) sebetulnya bukan kali pertama Ange Postecoglou terlibat konflik dengan pendukung Tottenham Hotspur. Saat kalah dari Fulham dengan skor 0-2 (16/3/2025), di media sosial beredar sebuah video yang menunjukkan perdebatannya dengan fan. Mathys Tel terlihat sampai harus memisahkan insiden yang terjadi di lorong stadion tersebut.
Sebelum bertanding melawan Fulham, Postecoglou sempat terlihat dalam video sedang bersitegang dengan salah satu suporter klub. Hal ini juga terjadi setelah timnya dikalahkan oleh Leicester City dengan skor 1-2 pada tanggal 26 Januari 2025, serta saat kalah dari AFC Bournemouth dengan angka 0-1 di pertemuan pada 5 Desember 2024. Walaupun demikian, Postecoglou menjelaskan bahwa ia punya alasan tersendiri kenapa lebih memilih untuk menegur pria itu daripada merespons acuh tak acuh.
Menurut dia, mereka yang berdebat dengan dirinya dan sekaligus membuat video tak bermaksud memberikan kritikan. Tujuan utama mereka hanyalah agar dapat menangkap responnya supaya bisa menjadi viral. Menurut Postecoglou, perilaku seperti itu merupakan bentuk bully. Karena alasan itulah sang eks pelatih Celtic menyatakan bahwa ia tidak berniat berhenti dari upayanya membalas orang-orang bertipe demikian.
"itu merupakan proses penghinaan. itu bukanlah sebuah kritik. apabila kamu mengira bahwa dalam kurun waktu 30 tahun di dunia sepak bola saya tak pernah mendengar celaan, hal itu telah terjadi sejak awal karier saya. saya tidak merespons dengan komentar-komentar tersebut. tetapi, bila ada orang yang menunjukkan ponselnya kepada saya, maka saya pasti akan bertindak karena saya tidak bisa mentoleransi itu," kata postecoglou, seperti dilaporkan Hayters .
3. Mengambil inspirasi dari Ted Lasso
Keadaan yang timbul di dalam klub Tottenham Hotspur antara Ange Postecoglou dan fans mengundang banyak tanya. Apakah ini disebabkan oleh sifat angkuh dari sang juru racun atau perilaku fanatik yang kasar dari penggemarnya? Satu seri dokumenter tentang sepak bola hebat, Ted Lasso pernah menyinggung masalah tersebut di dalam episod bernama Locker Room Aux Folles .
Pada episod yang ditayangkan tanggal 10 Mei 2023, disebutkan ada seorang fans yang mencemarkan performa tim AFC Richmond dengan menggunakan umpatan kasar tersebut. faggot ). Pemimpin timnya, Isaac McAdoo (Kola Bokinni), tak terima dengan kata-kata itu. Ia lantas melangkah ke tribun dan menghampiri supporter yang berseru demikian. Perbuatannya ini menyebabkan ia diberikan kartu merah.
Setelah pertandingan yang dimenangkan Richmond atas Brighton & Hove Albion dalam konferensi pers, para wartawan penasaran mencari tahu alasan dibalik perbuatan McAdoo. Roy Kent, asisten pelatih dari Richmond sekaligus mantan pemain yaitu (diperankan oleh Brett Goldstein) hadir pada acara tersebut dan menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka dengan respon pedasnya. Untuk meyakinkan bahwa pesannya dapat dipahami sepenuhnya, dialog digambarkan melalui monolog panjang selama dua menit.
Monolog itu menjelaskan bahwa beberapa orang menilai sebagai hal biasa ketika penggemar melakukan perilaku kekerasan terhadap pemain sepak bola. Hal ini disebabkan oleh keyakinan mereka telah berhak melakukannya setelah membeli tiket untuk mendukung tim kesayangan. Meskipun demikian, sama seperti para penonton, pemain sepak bola juga merupakan manusia. Mereka mungkin memiliki persoalan pribadi sendiri-sendiri. Tidak ada gunanya membicarakan atau mencari tahu tentang kondisi hidup satu sama lain. Keadaan dapat menjadi lebih baik jika kita semua belajar saling menghargai dan menghormati.
Berbeda dengan AFC Richmond yang hanya merupakan imajinasi belaka, Ange Postecglou benar-benar menjadi pelatih untuk Tottenham Hotspur dalam realitas. Dalam bidang ini, ujilah paling penting adalah hasil akhir. Kekesalan penggemar muncul karena penampilan tim yang memburuk. Wajar saja jika rumor pemecatan juga menghantui Postecglou. Apakah situasi akan tenang atau berujung pada perginya Postecglou dari Tottenham?
Tidak ada komentar
Posting Komentar