, IDI Warga di Gampong Naleung, Kecamatan Julok, Kabupaten Aceh Timur, telah selama lebih dari dua tahun mengharuskan diri mereka menggunakan rakit sederhana untuk menyeberangi Sungai tersebut karena jembatan penunjangnya yang sangat rusak dan belum juga diperbaiki.
Inilah situasi yang dihadapi masyarakat sehari-hari. Agar bisa sampai ke pusat Kota Julok, mereka perlu mengayuh rakit tidak bermesin dan tak dilengkapi dengan alat keselamatan apa pun. Rakit itu menjadi satu-satunya sarana bagi warga dalam menjalankan aktivitas ekonomi, pendidikan, bahkan saat kondisi darurat.
"Penting sekali adanya jembatan ini bagi kami. Kemarin malam aku harus mengantar kerabatku yang sedang sakit ke kota Julok pukul tiga dini hari, dan metode terbaiknya adalah menggunakan rakit itu," ungkap Mastiana, penduduk Gampong Naleung yang berprofesi sebagai penjual, pada Senin tanggal 7 April 2025.
Rusaknya jembatan itu disebabkan oleh umur struktur yang telah lanjut dan kerusakan bertambah buruk dikarenakan seringkali terkena gelombang pasang. Akan tetapi, sampai saat ini, belum ada langkah konkret dari otoritas setempat untuk mengatasinya. "Banyak orang telah menyaksikan keadaan ini, bahkan anggota DPR RI pun turut mengetahuinya. Tetapi, pembetulan pada jembatan tersebut masih belum dilakukan," ungkap Mastiana.
Keadaan ini bukan saja mempersulit penduduk untuk bergerak setiap hari, namun juga meningkatkan bebannya secara finansial. Saputra, seorang pengemudi ojek yang sering kali melewati rute itu, merasa khawatir tentang biaya tambahan yang perlu dipikul oleh masyarakat.
"Bila siang menyeberang biayanya adalah Rp5.000, tetapi di malam hari dapat mencapai hingga Rp10.000 per kali melintas. Hal ini menyedihkan bagi warga sekitar," katanya. al)
Tidak ada komentar
Posting Komentar