Terdapat pedoman tertentu dalam mengatur hubungan intim sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini bukan hanya untuk memenuhi hasrat fisik saja, melainkan juga sangat penting bagi pasangan Muslim agar dapat meraih keberkahan serta memiliki anak-anak yang shaleh dan shalihah.
Berikutnya, bagaimana cara melakukan hubungan intim sesuai dengan ajaran Islam? Apa yang menjadi sunnah Rasul terkait posisi atau metode pernikahan harmonis menurut agama ini? Adakah praktik-praktik tertentu dari sunnah untuk pasangan suami-istri dalam hukum Islam?
Hubungan intim antara suami dan istri menurut agama Islam tidak dilarang asalkan dilakukan sesuai dengan aturan agama dan disampaikan dengan cara yang sopan.
Secara keseluruhan, agama Islam juga tidak memberikan batasan yang ketat mengenai waktu atau lokasi hubungan intim antara pasangan suami-istri. Suami dan istri yang telah menikah dengan sah diperbolehkan untuk bercinta selama sang istri dalam keadaan suci (bukan saat haid atau bersalin) dan bukan pada tempat-tempat tertentu tersebut.
siang hari bulan Ramadan
.
Berhubungan badan antara pasangan suami istri adalah cara yang sah diberikan Allah kepada manusia untuk memuaskan nafsu kebutuhan fisik dan meneruskan garis keturunan anak cucu Adam. Karena alasan tersebut, agama Islam juga menetapkan tata krama dalam berinteraksi intim bagi pasangan suami isteri.
Menurut perspektif Islam, interaksi intim antara pasangan suami istri dapat dianggap sebagai bentuk ibadah terlebih jika dilakukan sesuai tata cara dan anjuran Nabi Muhammad SAW.
Berikut adalah pedoman untuk berhubungan suami istri yang sesuai dengan ajaran Islam:
1. Menentukan Saat dan Durasi Ideal Untuk Jimak Yang Tepat
Islam menyarankan agar suami dan istri memilih waktu yang sesuai seperti di malam hari atau ketika kedua belah pihak berada dalam keadaan prima guna meningkatkan kebersamaan mereka.
Dilarang melakukan hubungan seksual ketika sang istri sedang haid atau nifas. Perintah ini dijelaskan dalam Surah Al-Baqarah ayat 222 seperti yang tertera berikut:
Mereka menanyakan kepada mu mengenai menstruasi. Jawablah, "Hal itu adalah cairan tidak bersih." Oleh karena itu, hindarialah pasanganmu ketika sedang berdarah dan jangan mendekatinya untuk urusan ranjang sampai dia telah suci atau selesai dari siklus bulannya. Setelah ia sungguh-sungguh sudah dalam kondisi suci setelah membersihkan diri, maka tercampurlah dengannya seperti yang diwajibkan oleh Tuhan bagimu. Sungguh, Tuhanku sangat mencintai mereka yang bertaubat serta pencuci hati dan jiwa." (QS. Al-Baqarah [2]: 222)
2. Menyucikan Tubuh Sebelum Hubungan Intim
Ketersihan jasmani sebelum melakukan kontak intim sangat direkomendasikan dalam agama Islam, entah itu melalui mandi atau hanya sekadar memandikan bagian-bagian pribadi untuk tujuan kesejahteraan dan suci.
3. Berwudu Sebelum Jimak
Wudu
sebelum berjimak bukan kewajiban tetapi dianjurkan untuk menjaga kesucian diri dan mendekatkan diri kepada Allah. Anjuran ini dijelaskan dalam sebuah hadis sebagai berikut:
"Bila kamu telah menyelesaikan hubungan intim, maka lakukan wudhu," (HR. Muslim).
4. Menggunakan Parfum Sebelum Berhubungan Intim
Menggunakan parfum sebelum bercumbu bisa meningkatkan kemesraan serta perasaan cintanya pasangan suami istri.
5. Sholat Sunnah 2 Rakiat Sebelum Maghrib
Walaupun tak ada instruksi spesifik, banyak ahli agama menyarankan untuk melakukan shalat sunnah sebelum berjimak sebagai wujud ibadah dan meminta berkah.
6. Berdoa Sebelum Jimak
Melafalkan doa sebelum bercampur tanda jodoh bertujuan agar mendapatkan pelindungan dari godaan syaitan serta mengharapkan berkah dalam hubungan tersebut.
7. Melakukan Hubungan Intim di Kamar Terkunci
Islam menekankan privasi dalam hubungan suami-istri sehingga sebaiknya dilakukan di tempat tertutup. Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadis sebagai berikut:
"Bila kedua Anda [suami-istri] bersama-sama, hendaknya tutupilah aurat dan janganlah bertingkah laku sebagaimana keledai yang terbuka," (HR. Ibnu Majah).
8. Membuka Jimak Lewat rayuan Mesra
Islam mendukung praperea untuk menciptakan kedamaian dalam rumah tangga.
kasih sayang
di antara pasangan suami istri. Ini difasihkan melalui sebuah hadis sebagai berikut:
"Jangan biarkan salah satu dari kalian bercinta dengan pasangannya layaknya binatang, melainkan harus ada foreplay di antara mereka," (HR. Al-Hakim).
9. memberi stimulasi melalui sentuhan, pengamatan, dan penciuman
Islam mengizinkan pasangan suami-istri untuk merangsang satu sama lain secara halal asalkan tetap sesuai aturan agama. Stimulasi ini penting agar dapat menaikkan hasrat saat bercinta.
10. Mengeluarkan Kata-kata Lembut
Berkomunikasi dengan lemah lembut serta penuh belas kasihan ketika bercinta bisa mempererat ikatan keluarga.
11. Tak Berdecak Terlalu keras
Islam menekankan etika dalam pergaulan, termasuk menjaga nada suara agar tak terdengar oleh pihak ketiga. Tidak diragukan lagi, Tuhan kita tidak senang dengan perilaku bercinta yang eksibisionis seperti yang disebutkan dalam sebuah Hadits:
"Sebenarnya Allah mencintai orang yang rendah hati dan memelihara [ aurat ], serta menjauhi sifat sombong," (HR. Abu Dawud).
12. Tak Memandang Aurat Istri
Beberapa ahli agama menyarankan untuk menghindari pandangan langsung ke kemaluan walaupun di antara suami istri supaya tetap menjaga kesusilaan.
13. Memanfaatkan Seprai sebagai Pelindung saat Bercinta
Disarankan untuk menutup aurat walaupun saat ini dalam interaksi karena merupakan tanda kewanitaan dan menghormati kepentingan pribadi.
14. Berdoa Setelah Jimak
Berdo'a sesudah bercocok tanam bertujuan untuk meminta perlindungan serta berkat dari Allah.
15. membersihkan alat kelamin sebelum berhubungan intim kembali
Ketersihan sebelum melanjutkan keintiman seksual sangat direkomendasikan dalam agama Islam guna memelihara kesehatan.
16. Lakukan Wudu Sebelum Melanjutkan Ke Rondenya Yang Selanjutnya
Dianjurkan untuk melakukan wudhu sebelum memulai kembali aktivitas intim agar tetap menjaga kebersihan dan kesegaran jasmani. Ini disebutkan dalam satu hadits yang kurang lebih bertulis seperti berikut:
"Bila salah satu dari kalian bersetubuh dengan pasangan mereka dan berniat untuk melakukannya lagi, maka harusnya dia melakukan wudhu terlebih dahulu," (HR. Muslim).
1. Menentukan Saat Yang Tepat
Setiap hari cocok untuk berhubungan badan asalkunaa tidak di jam-jam tertentu yang harus dihindari, misalnya: sore hari saat puasa Ramadhan; ketika sedang ihram; mendekati waktu sholat (dianjurkan jangan dilakukan); serta ketika sang istri
menstruasi
atau nifas.
Akan tetapi, terdapat pula beberapa hari yang disarankan sebagai waktu tepat untuk berhubungan suami istri, yaitu: kamis malam usai salat Isya; dini hari jum'at sebelum salat subuh; serta siang menjelang shalat jum'at (kecuali di bulan ramadan).
Pedoman tersebut juga sejalan dengan kata-kata Allah SWT dalam Surah An-Nur ayat 58 yang artinya adalah seperti berikut:
Wahai orang-orang yang beriman, hamba-sayahwa laki-laki maupun perempuan serta anak-anak di bawah umur dalam pengawasanmu harus minta ijin tiga kali pada kalian: pertama sebelum shalat subuh, kedua saat kau melepas pakaian luarmu siang hari, dan terakhir sesudah sholat isya'. Ketiga momen tersebut merupakan periode dimana hal-hal privat dapat tampak oleh pandangan. Kalian sama sekali tak dikenakan dosa atau pun mereka diluar jadwal ini. Mereka seringkali datang dan pergi mengunjungi tempat tinggal mu. Beberapa anggota kelompokmu mungkin lebih banyak bergaul dengan beberapa individu dibandingkan sisanya. Dengan demikian Tuhan telah menyampaikan petunjuknya melaluinya. Dia Mahatahu juga bijaksana." (QS. An-Nur [24]: 58)
Pasal ayat-ayat ini menyebutkan tiga momen saat "aurat" biasanya menjadi terbuka. Karena alasan itu, Tuhan Yang Maha Esa melarang budak dan remaja yang belum mencapai usia dewasa untuk memasuki ruangan tidur orang dewasa tanpa persetujuan pada ketiganya situasi tersebut.
2. Membersihkan Badan
Sebelum melaksanakan kegiatan suami-istri, dianjurkan untuk memandikan diri serta menyikat gigi agar menciptakan kenyamanan pada saat intim. Jika ingin mengulangi aktivitas tersebut, sebaiknya bersihkan tubuh lebih dulu.
Dalam suatu hadits, Abu Rofi Ra. menyampaikan hal-hal berikut:
Suatu hari Nabi SAW memutari istrinya yang ada di sisinyaserta beliau selalumandi setelah menyelesaikan hubungannya dengan masing-masinadalam hal tersebut. Aku bertanya kepada-Nya,'Wahai Rasulallah, adakah kebaikan jika Engkau hanya mandi satu kali saja?'Beliau menjawab, 'Mandi seperti ini justru lebih suci, lebih baik, dan lebih higienis,"(HR. Abu Dawud nomor 219 dan Ahmad 6/8.Syaikh Al-Albani menyatakan bahwa hadits ini memiliki kualitas yang baik).
3. Memakai Wangi-wangian
Disunahkan bagi istri dan suami untuk memakai wangi-wangian sebelum jimak sehingga meningkatkan gairah. Dalam hadis yang diriwayatkan dari Ibrahim bin Muhammad bin al-Muntasyir yang bertanya kepada Aisyah tentang pandangan Ibnu Umar sebagai berikut:
"'Saya tidak suka pakai minyak wangi sampai membekas di baju kemudian saya ihram,” ujar Ibnu Umar memberi saran pada Ibrahim'. Karena merasa bingung atas pernyataan Ibnu Umar, Ibrahim lantas bertanya, 'Bagaimana menurut Anda pernyataan Ibnu Umar, Sayyidatina Aisyah?'
'Kenapa Ibnu Umar berpendapat seperti itu? Meskipun aku senantiasa menyemprotkan minyak wangi pada Rasulullah SAW sebelum ia giliran untuk bersama istrinya. Bau harum tersebut masih bisa kurasakan hingga esok hari dari bajunya, namun beliau tetap saja mendiam diri dalam keadaan ihram,' balas Aisyah." (HR. Bukhari).
Di samping itu, dianjurkan untuk memakai pakaian dan merias diri sesuai dengan keinginan suami atau istri sebelum melakukan hubungan intim.
4. Sholat Sunnah 2 Rakaat
Sebelum melakukan hubungan intim, suami dan istri dianjurkan untuk melaksanakan shalat dua rakaat seperti yang termaktub dalam hadits berikut:
Dari Abdullah bin Mas'ud, dia mengatakan: “Saya memberi saran pada seorang lelaki yang ingin menikahi wanita muda lantaran khawatir istrinya akan merasa jijik padanya setelah perkawinan tersebut dilangsungkan. Saya sarankan supaya si calon suami melakukan dua kali shalat sunnah di belakang saya kemudian berdoa: ‘Ya Allah, berkatilah diriku serta keluarga ku dan kurniakan juga rezeki bagi mereka atas diriku’. 'Ya Allah, pertemuanlah kita seperti yang sudah Engkau atur dalam hal baik, tetapi pisahkanlah apabila memisahkan adalah lebih bermanfaat’, (diriwayatkan oleh Ibn Abi Shaybah dan Al-Thabrani dengan sanad Sahih)."
5. Berdoa
Pasangan yang telah menikah diajarkan untuk membacakan basmalah, lalu Surah Al-Ikhlas, diikuti dengan mengucapkan takbir dan tahlil yaitu "Allahu Akbar" serta "La Ilaha Illallah". Kemudian setelah itu, sebelum bersentuhan satu sama lain, juga dianjurkan untuk membaca
doa sebelum jimak
sebagai berikut:
, Dengan nama Tuhan Yang Maha Tinggi dan Agung, Ya Allah, buatlah dia menjadi keturunan yang baik jika Engkau takdirkan aku untuk memiliki anak dari daging diriku ini. Ya Allah, jaga saya dari syaitan dan jagalah pula syaitan menjauh dari apa yang telah Engkau karuniakan kepada kami.
Arab Latinnya:
Bismillâhir rahmânir raḥīm. Ya Allah, buatlah anak keturunan yang saleh jika Engkau menentukan untuk mengeluarkannya dari dalam dadaiku. Ya Allah, hindarkan kami dan anak-anak yang Engkau berikan kepada kami daripada syaitan.
Artinya:
Berbekal nama Tuhan Yang Mahatinggi dan Mahaagung, wahai Tuhanku, buatlah dia menjadi anak yang shaleh atau shaleha jika Engkau menentukan bahwa mereka lahir melalui tubuhku ini. Ya Allah, lindungi kami dari gangguan setan serta hindarkan setan daripada rezeki yang nantinya Engkau anugerahkan untuk kami dalam bentuk seorang anak.
Berikut adalah etika dan tata cara hubungan intim dalam Islam:
1. Berhubungan Intim di Kamar Terkunci
Menjalankan jimak sebaiknya dilakukan di area terbuka agar tidak diketahui oleh pihak luar. Ini bertujuan untuk memelihara keselamatan dan martabat, sambil juga bisa menambah kenyamanan secara romantis.
2. Dimulai dengan Berpelukan dan rayuan
Dilarang melakukan hubungan intim dengan dimulai dari pengungkapan rasa cinta semacam kalimat puitis, mencium, hingga rayuan mesra. Seperti yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW dalam haditsnya:
Demikian perubahan teks tersebut tanpa mengubah makna dan konteks aslinya. Harap dicatat bahwa frasa "Rasulullah Saw." tidak diubah karena merupakan istilah agama Islam.
“'Siapa pun di antara kamu, janganlah menyamakan istrinya seperti seekor hewan bersenggama, tapi hendaklah ia dahului dengan perantaraan'. Selanjutnya, ada yang bertanya: 'Apakah perantaraan itu?' Rasul Allâh SAW bersabda, 'yaitu ciuman dan ucapan-ucapan romantis',” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam hadis lain juga dijelaskan, bahwa Rasulullah pernah bersabda sebagai berikut:
“Janganlah salah seorang di antara kalian menggauli istrinya seperti binatang. Hendaklah ia terlebih dahulu memberikan pendahuluan, yakni ciuman dan cumbu rayu,” (HR. At-Tirmidzi).
3. Memberikan Rangsangan
Memberikan stimulasi dengan menyentuh, mengamati, serta mencium zona-zona peka pada pasangan, beserta etika dalam memulai hubungan intim sesuai anjuran Islam.
Allah SWT menyatakan di dalam Surah Al-Baqarah ayat 223 seperti ini:
"Istrimu adalah ladang bagimu. Maka, datangilah ladangmu itu [bercampurlah dengan benar dan wajar] kapan dan bagaimana yang kamu sukai. Utamakanlah [hal yang terbaik] untuk dirimu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu [kelak] akan menghadap kepada-Nya. Sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang mukmin,"(QS. Al-Baqarah [2]: 223).
4. Memakai Seprai sebagai Pelindung
Pada saat melakukan hubungan intim antara suami dan istri, disarankan menggunakan penutup seperti selimut. Ini sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh 'Atabah bin Abdi As-Sulami sebagai berikut:
"Bila kamu mengunjungi istrimu untuk berhubungan intim, sebaiknya gunakan pakaian pelindung dan janganlah tampil tanpa busana layaknya dua ekor kuda," (HR. Ibnu Majah).
5. Menggunakan Cara Bersentuhan Tubuh yang Sesuai dengan Syariah
Pada saat melakukan hubungan intim, pasangan suami istri diperbolehkan menggunakan metode tersebut.
berbagai gaya
Namun, Islam secara tegas melarang hubungan badan lewat dubur (tempat buangan).
Berdasarkan riwayat dari Abu Hurairah RA, Nabi Muhammad SAW pernah mengatakan seperti ini:
"Dilarang keras bagi seseorang untuk mendekati wanita melalui dubur," (diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Dawud, dan An-Nasai).
6. Bisa Dilakukan di Luar Kemaluan Istri ('azl)
Beberapa sepasang orang saat ini kerap mengalami hal tersebut.
menggunakan alat kontrasepsi
(contohnya kondom) atau dengan meneteskan air mani di luar vagina pasangan untuk mencegah kehamilan. Tindakan itu dibenarkan dalam agama Islam sesuai dengan hadits yang diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah RA seperti berikut:
"Kami menerapkan 'azl pada zaman Nabi saw., dan beliau mengetahuinya namun tidak mengharamkannya," (HR. Muslim).
7. Mengamalkan Sholat Sesudah Berhubungan Intim
Suami-istri dianjurkan untuk
berdoa setelah berhubungan intim
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani di buku tersebut
Al-Ghunyah untuk Thalibi yang Menembus Jalur Haqi Azza wa Jalla
Menulis doa yang bisa diucapkan sesudah melaksanakan hubungan intim:
Dengan nama Allah, segala puji bagi-Nya yang telah menciptakan manusia dari air, lalu menjadikannya sebagai keluarga dan saudara, dan Tuhanmu adalah Mahakuasa.
Latin Arab-nya: Bismillah. Syukur kepada Allah yang telah menciptakan air menjadi manusia, lalu menjadikannya kaum dan generasi, dan Tuhanmu Maha Berkuasa.
Maknanya: "Berbekal nama Allah, segala pujian untuk-Nya yang menghidupkan awan hingga berubah menjadi air, kemudian Dia menciptakan kita sebagai generasi dan kerabat. Tuhanku adalah Yang Mahakuasa."
Berikut adalah sejumlah pantangan hubungan intim antara suami dan istri menurut agama Islam: