Pernakah kau mengetahui tentang Hukum Mendel?
Berdasarkan beberapa referensi, Hukum Mendel merupakan prinsip warisan ciri-ciri pada organisme yang diajukan oleh Gregor Johann Mendel.
Sekarang, apakah Anda tahu bahwa Hukum Mendel juga mengalami beberapa pengecualian yang tampaknya tidak masuk akal?
Pelanggaran terhadap Prinsip-prinsip Mendel terjadi pada saat persilangan yang menghasilkan perbandingan fenotipe tidak sesuai dengan prinsip-prinsip yang diajukan oleh Mendel.
Disebut juga sebagai variasi kecil karena meskipun Hukum Mendel tetap berlaku pada pola pewarisan, terdapat beberapa perbedaan halus disebabkan oleh karakteristik khusus dari gen-gen tersebut.
Agar kita memahami seberapa banyak penyimpangan semu terhadap Hukum Mendel, mari lihat penjelasannya di bawah ini!
Materi ini diambil dari buku Biologi untuk kelas 12, bab 2, berdasarkan kurikulum Merdeka yang ditulis oleh Shilviani Dewi Amalia Shari Rani Elisa Purba Remigius Gunawan Susilowarno. Buku tersebut dipublikasikan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
1. Alel Majemuk
Alel Majemuk merujuk pada jenis gen yang memiliki lebih dari dua alel dan menunjukkan variasi fenotipik, contohnya dapat dilihat dalam sistem pengelompokan darah ABO.
Ada empat tipe kelompok darah pada manusia, yakni A, B, O, serta AB.
Hingga saat ini, kami percaya bahwa hanya ada dua alel yang mungkin untuk suatu karakteristik tertentu.
Akan tetapi, sebenarnya, di antara sebuah populasi, mungkin ada karakteristik tertentu yang diturunkan oleh dua alel berbeda.
Alat pengenal untuk tipe darah A, B, dan O ditandai secara beruntun dengan simbol IA, IB, dan IO. Simbol IA serta IB mendominasi atas IO, namun antara IA dan IB sendiri menggambarkan hubungan kodominansi.
Lantas, apa itu kodominasi?
2. Kodominasi
Kodominansi bisa diamati pada grup darah AB ber-genotipe IA IB, di mana tidak ada alel dominan tunggal yang menghilang, sehingga ekspresinya fenotipa menjadi kelompok darah AB.
Secara jelas, bisa disebutkan bahwa kodominansi terjadi apabila kedua alel yang mengontrol sebuah karakteristik ekspresi saling menunjukkan pengaruhnya pada organisme tersebut.
3. Atavisme
Atavisme merupakan interaksi genetik yang menyebabkan kelahiran generasi offspring dengan ciri fisik yang berlainan dibandingkan orang tuanya.
Sebuah contoh dari fenomena atavisme dapat dilihat dalam kejadian unik pada jengger ayam.
Ukuran dan bentuk jenggernya terpengaruh oleh dua jenis alel gen yang berbeda, yakni gen R yang menghasilkan jengger dengan ciri rose, serta gen P untuk tipe fenotip pea. Apabila kedua gen ini hadir bersamaan, mereka akan menciptakan fenotip walnuts sebagai hasilnya.
Karena terjadi interaksi antara satu gen dominan dengan gen resesif, hasilnya adalah muncul varian fenotipe baru yang berbeda dari orang tuannya.
Pada situasi ini, perbedaan terletak pada jengger ayam Pea, di mana gen dominan R bersinergi dengan gen dominan P.
Perbedaan dalam bentuk jengger ayam tersebut disebut sebagai atavisme.
4. Kriptomeri
Kriptomeri merupakan fenomena di mana suatu gen dominan menjadi tersembunyi apabila belum mempunyai pasangan gen dominan dari alel yang berbeda.
Ketika GEM mendominasi dengan independen, sifat sejatinya menjadi tersimpan (kriptos).
Contoh riil dari masalah kriptomeri terjadi pada tanaman bunga Linaria yang mengalami persilangan.
Antosianin adalah zat pewarna yang mengarah pada terbentuknya warna pada bunga, dan perubahan tersebut pun dipengaruhi oleh derajat keasaman (pH) dari protoplasma dalam sel.
Apabila protoplasma bersifat basa (terpengaruh oleh gen B), maka warnanya akan menjadi ungu; sebaliknya, apabila protoplasma bersifat asam (terkendalikan oleh gen b), warnanya akan berubah menjadi merah.
Dari perkawinan antara bunga Linaria maroccana seperti terlihat dalam gambar berikut, didapatkan hasil F2 dari kriptomeri dengan perbandingan fenotipe sebesar 9:3:4.

5. Polimeri
Polimeri merupakan keadaan di mana ada berbagai gen yang bukan alel satu sama lain namun masih mempengaruhi ciri-ciri yang serupa.
Fitur yang mengindikasikan keberadaan polimeri adalah semakin tingginya jumlah gen dengan sifat dominan akan membuat karakteristik menjadi lebih terkonsentrasi, serta dalam hal perbandingan fenotipe dari persilangan polimeri generasi F2, nilai rasionya adalah 15:1.
Berikut adalah suatu ilustrasi mengenai polimeri; seperti halnya dengan pewarnaan butiran gandum merah yang dipengaruhi oleh dua gen, yakni M1 dan M2. Semakin tinggi jumlah kedua gen tersebut, akan semakin gelap pula corak merah pada bijinya.
6. Epistasis-Hipostasis
Epistasis-Hipostasis terjadi saat suatu gen dengan sifat dominan menghalangi efek dari gen lain yang juga bersifat dominan tetapi tidak sealelnya.
Gen yang mengendalikan ekspresi lain disebut epistasis, sedangkan gen yang dikontrol merupakan hipostasis.
Salah satu contoh terjadinya kasus epistasis-hipostasis dapat ditemukan dalam persilangan tanaman labu, khususnya antara varietas labu kuning dengan labu berwarna putih.
7. Komplementer
Komplemen terjadi ketika dua gen dominan dengan alel yang berbeda bereaksi satu sama lain dan menghasilkan fenotipe tertentu secara bersamaan.
Apabila sebuah gen tidak terlihat, maka ciri yang ditunjukkan tersebut pun tidak akan timbul.
Salah satu contoh terjadinya kasus komplementer adalah pada persilangan antara bunga Lathyrus odoratus.
Bunga Lathyrus odoratus mempunyai gen C yang menghasilkan pigmen berwarna, sedangkan c tidak bisa membuat pigmen berwarna. Untuk gen P, ini merangsang enzim pembuatnya, sementara p tidak dapat melakukannya.
Pada tanaman Lathyrus odoratus, kelopak bunga dengan warna ungu baru terlihat apabila tumbuhan tersebut mempunyai gen C serta gen P. Ini menunjukkan bahwa untuk menghasilkan kelopak bunga berwarna ungu, tumbuhan harus dapat membentuk pigmen khusus yang dikendalikan oleh gen C dan sekaligus menyintesis enzim pemicu yang diatur melalui gen P.
Misalnya, jika terjadi persilangan antara bunga Lathyrus odoratus yang berwarna putih dengan yang juga berwarna putih, maka pada generasi F2 dapat ditemukan variasi seperti: bunga berwarna ungu memiliki pigmen warna serta enzim aktivator (C-P-); bunga berwarna putih tetapi masih mempunyai pigmen namun tidak memiliki enzim aktivator (C-pp); bunga berwarna putih tanpa adanya pigmen tapi memiliki enzim aktivator (ccP); dan bunga berwarna putih tanpa pigmen atau enzim aktivator (ccpp). Dari persilangan ini, didapatkan perbandingan fenotipe sebesar 12:7 untuk generasi F2.
Berikut adalah 7 penyimpangan dari hukum Mendel beserta penjelasannya.
Selamat belajar! (MG BENEDICTA FAYOLA)
Tidak ada komentar
Posting Komentar